POLISI | NO. TELEPON | |||||
1. | Polda Sulawesi Selatan | 0411-515-201 | ||||
2. | Polwiltabes Makassar | 0411-319-277 | ||||
3. | Polresta Makassar Timur | 0411-423-183 | ||||
4. | Polresta Makassar Barat | 0411-335-935 | ||||
5. | Polsekta Wajo | 0411-319-267 | ||||
6. | Polsekta Mariso | 0411-873-753 | ||||
7. | Polsekta Makassar | 0411-449-345 | ||||
8. | Polsekta Ujung Tanah | 0411-436-781 | ||||
9. | Polsekta Mamajang | 0411-872-777 | ||||
10. | Polsekta Tallo | 0411-449-326 | ||||
11. | Polsekta Bontoala | 0411-453-123 | ||||
12. | Polsekta Panakukang | 0411-442-302 | ||||
13. | Polsekta Biringkanaya | 0411-510-108 | ||||
14. | Polsekta Tamalate | 0411-868-496 | ||||
|
||||||
RUMAH SAKIT | NO. TELEPON | |||||
1. | RSU Wahidin Sudirohusodo | 0411-584-677 | ||||
2. | RSU Pelamonia | 0411-319-381 | ||||
3. | RSU Labuang Baji | 0411-873-482 | ||||
4. | RS Akademis Jaury | 0411-317-343 | ||||
5. | RS Bhayangkara | 0411-836-344 | ||||
6. | RS Grestelina | 0411-458-546 | ||||
7. | RS Stella Maris | 0411-873-346 | ||||
8. | RS Islam Faisal | 0411-853-364 | ||||
|
||||||
DARURAT | NO. TELEPON | |||||
1. | Pemadam Kebakaran | 0411-113 | ||||
2. | Ambulans | 0411-118 | ||||
3. | Gangguan Telepon | 0411-147 | ||||
4. | Gangguan Listrik | 0411-123 | ||||
5. | Gangguan Air Minum | 0411-876-777 | ||||
6. | SAR Makassar | 0411-554-111 | ||||
7. | SAR Unhas | 0411-585-967 | ||||
8. | Palang Merah Indonesia | 0411-854-221 |
Cita Rasa Makassar di Cafe Makassar Malang
Oleh Ika Farihah Hentihu*
Sedang berada di Malang tapi kangen minum Kopi Phoenam Makassar? Wow.. jauh. Tapi jangan berkecil hati, keinginan minum kopi itu bisa terwujud karena ada di Cafe Makassar di Jl Galunggung, Kota Malang. Seperti apa kopi Phoenam yang legendaris itu?
Salah satu hal yg menarik yang bisa ditemui di Makasar adalah banyaknya kedai kopi atau warung kopi yang lebih sering disebut warkop. Kota ini menjelma menjadi surga buat pecinta kopi. Makasar akan menjelma menjadi “kota warkop” kedua terbesar setelah Aceh yang memang disebut sebagai “propinsi sejuta kedai kopi”.
Secara geografis, Makasar bertetangga dengan Toraja sebagai penghasil kopi torabika dengan rasa khas (Toraja adalah gudang kopi terbesar di wilayah timur Indonesia). Kopi Toraja adalah memiliki cita rasa yang berbeda dan khas dibanding dengan dengan kopi dari wilayah lain di dunia ini. Mutu kandungan tanah (soil) di pegunungan Sulsel tempat dimana kopi ditanam inilah yang membuat rasa kopi ini menguat saat diseruput.
Bicara kopi, maka kita harus segera melirik salah satu pionir warkop di sini yg terkenal disebut dengan nama “Phoenam”. Didirikan tahun 1946 oleh salah satu warga keturunan, Phoe Nam atau Phoenam memang hanya mengkhususkan menjual kopi. Phoenam sendiri artinya “terminal” atau “tempat singgah”. Nama yang unik, dan brand ini sudah ada sejak puluhan tahun silam.
Bila sudah berada di Cafe Makassar, rasanya tak lengkap bila tidak mencicipi jajanannya. Ada semacam pastel dengan isian yang cukup mengagetkan juga saat mendapatkan gigitan pertama. Isinya ternyata abon ikan, bihun dan sayur2an dan juga lemper yang khas dibungkus dengan daun pisang dan dibakar. Isinya juga memanjakan lidah dan tenggorokan, bumbunya berasa begitu hangat.
Dan yang pasti Coto Makassarnya. Pengalaman saya, semua teman yang saya ajak ke sini rerata menambah porsi lontongnya. Kecil tapi gurih, rupanya lontong ini dimasak dengan santan. Konon Coto Makassar ini adalah hidangan para raja Sulsel. Saat menyantap temen2 mengira, lontong tersebut dipotong dan dimasukkan kedalam mangkok, walhasil mangkoknya jadi kepenuhan. Maklum mangkok yang dipergunakan untuk coto Makassar ini lumayan kecil. Hingga kemudian saya jelaskan bahwa lontongnya cukup digigit aja, nggak perlu dimasukkan ke dalam mangkok coto. Di Malang kita memang biasa memasukkan lontong ke dalam mangkok bakso.
foto: Ika Fahriha Hentihu
Saat menyantap temen2 mengira, lontong tersebut dipotong dan dimasukkan kedalam mangkok, walhasil mangkoknya jadi kepenuhan. Maklum mangkok yang dipergunakan untuk coto Makassar ini lumayan kecil. Hingga kemudian saya jelaskan bahwa lontongnya cukup digigit aja, nggak perlu dimasukkan ke dalam mangkok coto. Di Malang kita memang biasa memasukkan lontong ke dalam mangkok bakso.
Ajak pula teman-teman untuk menikmati jajanan khas Makassar yang lain yaitu Es Pisang Ijo. Mungkin pada penasaran bentuknya yang hijau panjang, dan sausnya yang legit2 manis gurih. Hmm ternyata rasa campuran santan dan sirup merah memberikan sensasi yang berbeda.
Menikmati jajanan di Cafe Makassar ini memang sungguh memuaskan, pulang perut kenyang dan yang penting serasa berada di Makassar.
Salama’
*Ika Farihah Hentihu lahir dan besar di kota Malang Jawa Timur, pengajar di Jurusan Sastra Inggris. Saat ini sedang tertarik kepada sejarah, antropologi dan budaya Sulawesi khususnya Sulawesi Selatan.
Di Balik Temaram Karebosi
Sebuah motor masuk alun-alun, melintas di antara patung pemain sepakbola dan Patung Pa’raga yang menyambutnya. Malam belum menua. Tetenda Sop Saudara masih buka. Di depan tenda, bagian kanan bangunan alun-alun kota, tiga orang terpaku pada layar televisi menyaksikan pertandingan sepakbola. Sesekali mereka meneguk kopi yang tak lagi mengepulkan asap. Seorang lagi asyik menghitung uang di depan toilet. Rupanya banyak orang buang hajat. Beberapa meter dari situ, di sisi timur lapangan, di antara jejeran palem dan temaram lampu merkuri berlangsung sebuah percakapan hangat.
“Oe telens, onomi’ lekongku,” ujar seorang pada temannya sambil mencolek.
“Osh, cucco ji?” tanya yang satunya.
Tanyanya belum sempat terjawab, ia bertanya lagi “Sepong nemesnya, longka ji?”
Yang ditanya hanya tersenyum dan mengibaskan rambutnya yang terurai sebahu. Aroma white musk meruap dari tubuh yang mengenakan tank top dan jeans ketat hitam. Perlahan ia merogoh tas selempang dan mengambil sebatang rokok dari bungkusan rokok tanpa mengeluarkannya dari tas. Ia lalu membakarnya, asap rokok mengepul bercampur aroma tubuhnya. “Lekongku batari gedong dan kaya. Tadi malam kulo diajak tabu dan blonjong di mall. Kulo bermanis-manis jambu deh.”
Pasar Senggol Makassar
Tulisan ini ditulis pada tahun 2005 dan dimuat dalam buku Makassar Nol Kilometer
tribuntimur/mursalim djafar
Beberapa minggu lalu, saya kedatangan seorang teman yang sedang berlibur ke Makassar. Sebab tak punya kawan lain di kota ini, ia meminta saya menemaninya ke beberapa tempat menarik. Jadilah saya guide dadakan selama seminggu. Untunglah saya lahir dan besar di kota ini, jadi tahu seluk beluk kota yang luasnya berkisar 175,77 kilometer persegi ini.
Temanku memang istimewa, karena ia berasal dari Bandung yang tak punya pantai. Karenanya tak heran kalau ia begitu tertarik pada wisata pantai. Saya membawanya menyusuri Pantai Tanjung Bayang dan Tanjung Bunga sembari menikmati tenggelamnya matahari. Tentunya, ia kuajak pula menikmati sunset di salah satu kafe di Jl Metro sambil mencicipi pisang epe’, biar kesan manis akan keramahan orang-orang Makassar tak hilang dari ingatannya.
Di hari ketiga, saya membawanya menyaksikan kapal pinisi dan perahu-perahu tradisional berbagai ukuran yang bersandar di Pelabuhan Paotere. Katanya ia penasaran dengan Makassar yang terkenal dengan para pelaut tangguh. Sampai sekarang Pelabuhan Paotere masih menjadi pusat sandar perahu-perahu nelayan dari berbagai daerah. Continue reading
Selamat Datang di Makassar Nol Km…
Selamat Datang di Makassar Nol Km…
Awalnya adalah sebuah buku yang berjudul sama yakni Makassar Nol Kilometer yang diterbitkan oleh Penerbit Ininnawa pada tahun 2005 dan kemudian diterbitkan ulang pada 2011. Buku ini adalah buku pertama yang merekam warga Kota Makassar kontemporer lengkap dengan karnaval budayanya, seperti merayakannya di alun-alun; di titik nol kilometer.
Buku yang berisi 49 tulisan yang dihasilkan 15 penulis muda, ini memotret fenomena [kejadian yang lambat laun menjadi sesuatu yang rutin] seperti iringan mayat atau perang antar-kelompok, komunitas [kelompok masyarakat di Makassar yang memiliki sifat khusus] seperti waria di Lapangan Karebosi sampai suporter PSM, ruang [penanda kota atau ruang publik] seperti Lapangan Karebosi dan Fort Roterdam, dan kuliner [jajanan yang biasa ditawarkan di Makassar] seperti Coto atau Sarabba. Makassar Nol Kilometer adalah sebuah buku untuk mereka yang ingin tahu budaya-pop Makassar dan sekitarnya.
Web ini adalah sebuah upaya mengungkap denyut kehidupan yang khas dan unik di Kota Makassar ke dalam sebuah wadah online.
Sebagai perwujudan dari mimpi yang tertuang dalam Resolusi 2012 upaya ini tentu tak akan bisa berjalan sendiri tanpa bantuan teman-teman dan pemerhati Makassar. Untuk itu, kami menyambut setiap uluran tangan yang ingin membantu dengan mengirimkan tulisan ke lelakibugis(at)gmail(dot)com.