Pada Sebuah Waktu

Toko reparasi jam “Sie Loy” di Jalan Sungai Cilendu 17 Makassar. [foto: Ayu Ambong]

Tampak depan jam “Sie Loy” di Jalan Sungai Cilendu 17 Makassar. [foto: Ayu Ambong]

Jhonny Siloy (63 thn) pemilik Toko reparasi jam €œSie Loy” di Jalan Sungai Cilendu 17 Makassar. [Ayu Ambong]

Deretan waktu pada dinding. [foto: Ayu Ambong]

Jhonny Siloy (kanan), pemilik Toko reparasi jam “Sie Loy”, bersama anaknya di Jln. Sungai Cilendu 17, Makassar, Sulawesi Selatan. [ foto: Ayu Ambong]

Rumah petak khas Pecinan itu bertahan di ujung Jalan Gunung Merapi, tepatnya Jalan Sungai Cilendu 17. Jendela besar, cat hijau, dan entah berapa ratus jumlah jam di toko ini menyambut saya. Cantik secara fotografis! Waktu berhenti di sini.

Jhonny Siloy bersama dua saudara kandungnya menerima order di tempat ini. Reparasi dan menjual jam antik. Keahlian mereparasi jam seperti takdir untuk keluarga Loy. Sejak tahun 1920 toko reparasi jam Sie Loy sudah eksis. Tepatnya, toko ini adalah toko reparasi jam pertama di Makassar. Mereka mengelola turun temurun dan belajar secara otodidak. Motor ekonomi untuk keluarga ini.

“ Toko ini warisan orang tua. Saya tidak mungkin mengubahnya,” kata Jhonny Siloy dengan semangat.

Namun, sebelum saya pergi, Jhonny menutup pembicaraan kami dengan kekuatirannya. Dari empat orang anaknya, hanya satu yang memilih menekuni profesi ini. “Anak jaman sekarang, sudah tidak berminat lagi denga profesi seperti ini. Padahal yang dibutuhkan cuma ketekunan,” kata Jhonny.

Waktu ternyata tak berhenti di toko alat penunjuk waktu ini.

(Ayu Ambong, @aambong, jurnalis, tinggal di Jakarta)

 

Bagikan Tulisan Ini:

Makassar Nol Kilometer (172 Posts)

Sebuah ruang termpat berkumpulnya warga kota Makassar mencatat dan bercerita tentang dinamika kota dari kaca mata warga. Kami membuka ruang seluas-luasnya bagi warga untuk berkontribusi di laman ini.


Tags: toko tua

4 responses on “Pada Sebuah Waktu

  1. menjadi pengrajin jam juga butuh ketekunan. kalau menjadi sarjana dan lantas karyawan juga butuh ketekunan, tentu mereka lebih memilih yang kedua.
    kelemahan usaha tradisional yang dikelola turun temurun adalah terkadang tak mampu mengembangkan usaha, hanya berkutat pada jalan yg sudah ditempuh orang2 tuanya. sayang sekali.

Tinggalkan Komentar