Hari ke-3 Ramadhan atau 19 Juli 2012 penanggalan Masehi, saya berkesempatan mengunjungi salah satu tempat yang sebenarnya sudah lama ingin saya kunjungi: Tempat latihan Komunitas Capoeira di Makassar. Kunjungan ini sebenarnya di luar rencana, awalnya saya ingin bertemu dengan salah seorang Capoerista (sebutan bagi seniman Capoeria) untuk sebuah urusan. Ia kemudian meminta saya bertemu di tempat ia biasa latihan.
Selepas dari rutinitas kantor berangkatlah saya menuju markas Capoeira yang berada di Diamond Fitness lantai empat (samping Ramayana) Jl. A.P Pettarani dengan mengunakan kendaraan sejuta umat, angkutan umum yang di Makassar yang populer dengan nama pete’-pete’. Dalam perjalanan saya ditemani “Quem vem la sou eu-Afro” salah satu lagu Billy Jones yang bercerita tentang Capoeira.
salah satu aksi Capoeira
Lagu ini membawa ingatan saya kembali pada awal perkenalan saya dengan Capoeira. Meski bukan seorang Capoeresta tapi olahraga bela diri ini cukup membuat saya tertarik untuk menelusuri sejarah lahirnya di negeri samba, Brazil. Ketertarikan ini karena saya memang suka hal-hal yang berbau sejarah.
Pengetahuan awal saya soal Capoeira mulanya hanya sebatas kalau Capoeira itu adalah sejenis beladiri yang berasal dari Brazil. Tak terbayang sama sekali kalau suatu hari saya akan punya banyak teman dari komunitas ini. Bermula dari cerita seorang kawan yang saat itu sedang belajar di luar negeri yang bercerita tentang Capoeira.
Saya yang sebenarnya tidak terlalu tertarik dengan segala hal berbau bela diri, jadi tertarik ingin tahu apa sih Capoeira itu. Dengan bantuan internet maka saya pun mencari tahu dan menjelajahi segala hal tentang Capoeira. Semua yang saya temukan membuat saya sampai pada kesimpulan bahwa Capoeira bukan hanya sekedar olahraga beladiri biasa, tapi juga olahraga jiwa. Olahraga kehidupan. Kata teman saya yang bernama Indio, “Capoeira is not just a game, It’s a way of life“.
Menyusuri sejarah lahirnya Capoeira, maka akan banyak kita temukan filosofi-filosofi hidup yang penuh makna tentang kebebasan. Yah, kebebasan dalam segala hal tapi bukan kebebasan yang liar tapi lebih pada makna kebebasan yang sebenarnya. Lahirnya Capoeira berawal dari perjuangan panjang keinginan para budak-budak Afrika di Brazil yang ingin hidup bebas lepas dari belenggu perbudakan saat itu. Tak heran jika Capoeira lebih banyak bercerita tentang kebebasan.

Penulis di antara para jagoan Capoeira yang tetap berlatih di bulan Ramadan
Hampir pukul 20.00 akhirnya saya tiba juga di tempat latihan para Capoeiresta ini. Rosifa Ousada Ag, seorang penanggung jawab Ginga Firma Capoeira (GFC) menyambut saya dengan penuh keramahan. Dia langsung mengajak saya ke lantai empat tempat mereka latihan. Tak seperti Rosi, demikian ia akrab disapa, yang melangkah begitu enerjik menyusuri anak-anak tangga, saya harus ngos-ngosan melalui anak tangga itu dengan high heels. Pada tangga terakhir menuju lantai empat saya akhirnya menyerah dan terpaksa menenteng sepatu.
Di Makassar sendiri sebenarnya ada beberapa komunitas Capoeira, tapi terbesar dan sekaligus resmi itu adalah komunitas Ginga Firme Capoeira yang disingkat dengan GFC Makassar. Berdiri sejak tahun 2009 GFC Makassar kini memiliki anggota ratusan meski tak semuanya aktif. Kontribusi GFC Makassar untuk memperkenalkan Capoeira di kota Daeng ini sangat besar. Ini bisa dilihat bagaimana mereka mensosialisasikan Capoeira dengan mengadakan aksi Capoeira ke sekolah-sekolah maupun ke kampus. Tak jarang juga mereka jadi pengisi acara beberapa event, semua tentu dengan satu tujuan bagaimana Capoeira bisa berkembang baik dan diterima oleh masyarakat khususnya dikalangan generasi muda.

suasana latihan yang penuh keakraban
Lupakan wajah-wajah sangar, atau teriakan-teriakan khas beladiri, atau tubuh yang penuh gumpalan-gumpalan otot ala Ade Ray ketika kalian membayangkan orang-orang di komunitas ini. Yang ada adalah kelompok anak muda yang penuh keakraban dan begitu ramah. Mereka menyambut saya hingga perasaan canggung dan takut dicuekin ketika bertemu dengan kelompak ini menguap begitu saja seiring dengan keramahan mereka.
Buat kalian yang pernah membaca sejarah panjang tentang Capoeira, suasana seperti ini memang merupakan ciri khas dari beladiri ini. Tidak seperti beladiri pada umumnya yang lebih mengutamakan kedisiplinan tingkat tinggi hingga menciptakan suasana yang keras, di Capoeira suasana santai dan penuh kegembiraan justru menjadi suasana yang begitu lekat saat mereka latihan.

Capoerista berlatih diiringi Atabaque
Latihan mereka diiringi dengan musik yang berasal dari harmonisasi alat musik traditional seperti Berimbau, alat musik tradisional dari Brazil yang digunakan dalam permainan Capoeira yang berbentuk semacam lengkungan kayu dengan tali senar yang dipukul dengan sebuah kayu kecil untuk menggetarkannya dan sebuah gendang besar bernama Atabaque yang biasa mengiringi penari Samba. Nah, bagian ini menurut saya paling juara di Capoeira. Dan berangkali hanya di Capoeira kalian bisa menemukan ini; Bermain, menari, menyanyi sekaligus beladiri!
Salve…!!!
oleh @duniamhimi
Mhimi adalah penggemar Kopi yang suka menulis, Project Programmer at OMI Production, Kontributor thekacruters.com, salah satu anggota RHW (Rose Heart Writers), Mahasiswi Fakultas Hukum.